Saturday, August 05, 2006

Menjadi Pengusaha dengan modal Rp 10 Juta

Oleh : Ir. Goenardjoadi G, MM *)

Apakah Anda hendak memulai langkah berbisnis? Sebelum merintisnya, ada baiknya Anda mengetahui sepuluh kesalahan dalam memulai bisnis. Setidaknya, usai membacanya Anda tidak akan terjebak pada kesalahan tersebut.

  1. Tidak tahu mau bisnis apa? Sebelum memulai berbisnis, tetapkan dahulu hendak menggelar bisnis apa dan tujuan yang hendak dicapai. Sebab, bagaimana bisa memulai bisnis bila tidak tahu mau berbuat apa?
  2. Mulai dari keahlian sendiri. Ada yang pekerjaannya di general affair dan hanya membersihkan pendingin ruangan (AC), maka bisnis yang didirikan hanya membersihkan AC. Langkah ini kurang menguntungkan karena akan berakibat pada membatasi rejeki.
  3. Menunggu modal terkumpul. Parahnya, Andah juga tidak tahu beberapa modal yang harus terkumpul, ditambah setiap bulan tidak ada tabungan. Lantas bagaimana bisa memulai bisnis?
  4. Menganggap ide sebagai hal langka dan sifatnya eksklusif, hanya untuk saya, tidak boleh ada orang yang tahu. Persepsi tersebut salah karena pada kenyataannya ide ada di mana-mana. Muali dari Koran, di obrolan teman-teman, milis, dan lain-lain. Sudah jelas caranya, namun tetap saja manusia hanya mau untuk dirinya sendiri.
  5. Ragu-ragu melangkah. Dari ide yang jelas ada, sudah diberitahu bahwa ini bagus, Anda pun bilang itu bagus. Namun, tetap ragu-ragu.
  6. Tidak tahu ke mana harus belajar. Memang, sekolah bisnis tersebar di banyak tempat. Namun, yang dapat mengajari langkah-langkah memulai bisnis, mungkin hanya satu di Primagama, Entrepreneur University. Sekarang era internet, kita bisa bertanya melalui email dan search di Google.
  7. Menunggu partner. Besar kemungkinan hanya Anda sendiri yang yakin akan peluang itu. Anda bersyukur bila istri Anda merestui, apalagi sahabat. Soal duit urusan masing-masing.
  8. Tidak mendapat dukungan dari orang lain. Ya itu tadi, Anda hanya sendiri. Pertanyaannya, apakah Anda tetap yakin akan peluang itu walaupun Anda sendirian di dunia ini yang percaya terhadap peluang itu?
  9. Invest dulu, lalu menunggu hasil. Ini cara yang orang bilan Habibi, hanya bisa bikin, habis begitu bingung ke mana cari konsumen. Sebagiknya, mencari konsumen dahulu, dapatkan kontrak kerja, dapatkan down payment (uang muka), setelah itu baru mulai bikin.
  10. Sewa kantor, sewa ruko dulu. Ini kesalahan terbesar. Tempat mengikuti pasar. Kalau kita mau buka les taekwondo, dapatkan dahulu satu murid dan cari sewa tempat 1 jam per minggu. Mulai dari murid yang hanya satu itu harus sudah memperoleh untung. Bila harus sewa ruko dulu, Anda mungkin akan patah semangat dan menggratiskan untuk mendapat murid.
Nah, Anda tentu sekarang sudah paham mengenai langkah-langkah yang salah dalam merintis bisnis. Kini, saya akan berbagi rahasia mengenai poin keempat di atas, yakni IDE. Di bawah ini ini saya ungkapkan 10 ide menjadi pengusaha dengan modal 10 juta.
  1. Menjual snack (makanan ringan), permen, atau soft drink dengan menggunakan vending machine. Cari lokasi dekat ATM (berikan tips kepada Satpam penjaga ATM). Kalau sukses, bikin jaringan waralabanya.
  2. Menjadi again property atau kalau mau lebih bagus lagi menjadi agen waralaba.
  3. Bursa kerja online email ke pusat@bursakerjaonline.com
  4. Video editing, mengedit video ulang tahun, pernikahan, dengan dubbing, plus musik.
  5. Bikin website blog yang berisi draft buku-bukunya orang-orang yang ingin diterbitkan penerbit. Kalau sudah terbit, blognya dihapus.
  6. Bikin website majalh online yang isinya dari kita untuk kita, reporternya dari pembaca, berisi berita, bisnis perdagangan, jual ini-itu kolom baris.
  7. Bikin salon potong rambut ekspres, 5 menit selesai. Model kering (tanpa keramas), selesai dipotong disedot pakai vacuum.
  8. Sewa kios di mall cukup bayar Rp 10 juta setahun langsung dagang.
  9. Bikin sfuffed animal. Model kuda-kudaan yang kepalanya dan punggungnya saja, badannya pakai dengkul kita, lalu digoyang-goyang pakai tenaga dengkul seperti naik kuda. Dijamin, anak Anda tidak mau turun, tiga jam goyanglah dengkul kaki Anda demi anak Anda tercinta. Hati-hati Anda terserang penyakit ketagihan main dengan anak Anda.
  10. Ratusan ide lainnya bisa hubungi goenardjoadi@yahoo.com , maka ide Anda akan saya sempurnakan. (Sumber Harian Indo Pos – Jum'at, 4 Agustus 2006).

Ciri-ciri Pengusaha, Apakah kita termasuk di Dalamnya?

Kita menyadari bahwa Negara kita membutuhkan "Virus Enterpreneurship". Begitu banyak orang pintar, begitu banyak manajer tangguh, tapi begitu sedikit perusahaan SMB (small medium business) yang muncul. Pengusaha itu kebanyakan muncul dari genetic. Misalnya, bapaknya pengusaha. Anehnya, manajer yang sudah banyak berpengalaman tidak berani menjadi pengusaha.

Apa sih cirri-ciri pengusaha itu? Banyak sekali. Antara lain, tidak menyukai kerumunan dan cenderung menganalisa tren baru. Tidak melihat bisnis sebagai gambling atau resiko. Tetapi dilihatnya sebagai permainan yang pasti menang layaknya menanam pohon. Pengusaha tidak mendasarkan pada bidang keahlian, tetapi jeli melihat kebutuhan orang banyak. Mereka juga menutamakan sikap baik secara umum, meninggalkan ego pribadi, status, dan pride. Fokus mencari uang, tetapi lambat laun uang dating kepadanya. Tidak suka belanja, tetapi senang mengamati orang belanja. Leibh menyenangi proses menjual daripada membeli.

Ciri lainnya :

  • Mampu menjadi penggerak
  • Menjadi mercusuar
  • Menjadi pegangan bagi seluruh karyawannya.
  • Sangat menyukai leverage atau kerja sama dengan semua pihak.
  • Tidak mengutamakan saat berhasil, tapi mengutamakan daya tahan saat jatuh,
  • Serta hanya bermodalkan keyakinan pada diri sendiri.
    Bisa juga pengusaha itu cenderung sendirian saja saat menyakini sesuatu sehingga akhirnya banyak orang lain mengikuti.

Apa kekurangan pengusaha?

  • Mereka cenderung kurang bisa bekerja secara tim karena lebih condong pada kemauan sendiri.
  • Agak paranoid dan berlebihan dalam menyukai sesuatu.
  • Selalu memikirkan siang malam atau setiap saat tiada henti.
  • Cepat bosan.
  • Tidak menyukai pekerjaan repetitive,
  • Tidak memiliki comfort Zone, dan selalu ingin lebih.

Adakah cirri-ciri tersebut anda miliki? Mungkin sudah saatnya anda pindah habitat. Kesulitan apa yang paling utama membuat seseorang enggan memulai usaha? Menurut orang yang belum menjadi pengusaha, jawabannya pasti MODAL. Padahal, kalau kita lihat faktanya, banyak pengusaha yang memulai bisnis tanpa modal besar. Misalnya, kios teh botol sering dapat kredit dari agen selama 1 bulan.

Jarang ada pengusaha yang langsung memasukkan modal besar. Kebanyakan justru menggunakan uang bank atau malah menggunakan uang para pembeli. Misalnya, developer apartemen yang penjualannya dilakukan saat apartemen masih berbentuk brosur.

Kebanyakan para karyawan telah terlalu lama disuapi dengan gaji bulanan dan tidak lagi menjadi jeli melihat sebuah peluang di depan matannya. Hingga akhirnya sadar bahwa gaji tidak dapat berlangsung selamanya dan tiba saatnya untuk membangun serta menyadari bahwa uang harus dicari, dan bukan ditunggu. (Sumber Harian Indo pos - Jumat, 30 Desember 2005).

Tuesday, August 01, 2006

Pertimbangkan Proyeksi Usaha, Jangan di Mark Up

Oleh : Achsanul Qosasi *)

Kami adalah koperasi distribusi. Pada awal berdiri, koperasi itu dimiliki oleh sejumlah karyawan perusahaan besar yang saat ini telah dimiliki investor asing. Sehingga, kami memisahkan diri dan tetap menjalankan usaha koperasi. Sebelumnya, kami mendapat modal kerja yang cukup, tetapi harus mencari modal sendiri saat ini. Bagaimana cara menghitung modal kerja sesuai dengan usaha kami? Hendra Kurnia, Jakarta.
Pak Hendra yang baik, patut saya ucapkan selamat kepada Bapak karena sudah berani keluar dari ketergantungan. Kelangsungan usaha memang harus secara bertahap menghindar dari kondisi tersebut agar kita bisa menilai kemampuan yang kita punya dengan tetap mempertahankan pasar yang ada.

Dalam menghitung modal kerja, rubrik ini memang tidak cukup menampung penjelasan saya karena harus disertai contoh angka-angka untuk mempermudah implementasi dalam menghitung jumlah kebutuhan modal kerja yang cukup agar tidak menambah beban usaha.

Secara garis besar, perhitungan modal kerja diperlukan data dan latar belakang kuantitatif. Misalnya, data pembelian, data penjualan, dan jumlah uang tunai yang ada dalam satu periode perhitungan (satu bulan). Data tersebut harus akurat dan sesuai dengna kondisi yang ada. Jangan ditambah atau dikurangi. Sebab, hal itu akan mengubah background usaha Bapak sebenarnya.

Bagi koperasi distribusi, sebenarnya, perhitungan modal kerja relative mudah karena barang yang dijual adalah barang jadi. Dengan kata lain, usaha Bapak hanya memindahkan barang dari penjual kepada pembeli. Dalam usaha jenis itu, kegiatan perputaran modal berlangsung terus-menerus sesuai dengan kemampuan sarana dan marketing yang dimiliki. Karena itu, perhitungan modal kerja dapat menggunakan pendekatan berdasarkan jumlah rasio per hari atas hasil aktifitas sebelumnya.

Selain itu, perhitungan mempertimbangkan proyeksi usaha yang merupakan gambaran masa mendatang sehubungan dengan adanya penambahan modal kerja. Dari hasil perhitungan akan kebutuhan modal kerja itu, dapat diproyeksikan biaya yang akan timbul dan profit margin yang diharapkan.

Untuk modal kerja yang dibutuhkan dalam rangka investasi (misalnya, pembelian mesin, pembangunan gedung, atau pembelian mobil) maka harus melakukan perhitungan dan perincian secara cermat atas investasi yang diperlukan. Misalnya, jenis barang yang akan dibeli, dibangun atau direhabilitasi, jumlah harga yang akan dibayar yang didasarkan atas surat penawaran dari pihak ketiga, mengecek kembali kebenaran dat yang diterima, dan membuat cash flow (rencana perputaran kas).

Itu mutlak diperlukan karena pendekatan itu merupakan cara yang cocok, baik dalam penetapan jadwal pencairan modal kerja maupun mengukur jangka waktu pemakaian dan pelunasan pinjaman jika modal kerja itu diperoleh dari pinjaman. Saya imbau, dalam menghitung modal kerja, jangan terlalu dilebih-lebihkan (di-mark up) dengan harapan mendapat pinjaman besar.

PK = KYA x 360 hari = ………. Hari
JP
PP = P x 360 hari = …...….. Hari
JP -------------------- (+)
= ………. Hari

Kebutuhan Modal Kerja
JH X PRP = Rp ………………..
30
DMK (U &P-UJP) = Rp ………………...
---------------------------- (-)
MKYD = Rp …………………


Keterangan :
PK = Perputaran Kas
KYA = Kas yang ada
JP = Jumlah Penjualan
PP = Perputaran Persediaan
P = Persediaan
JP = Jumlah Penjualan
JH = Jumlah Hari
PRP = Penjualan rata-rata perbulan
DMK = Dikurangi Modal Kerja yang tersedia
U & P = Uang & Piutang
UJP = Utang Jangka Pendek
MKYD = Modal Kerja yang Diperlukan

*) Achsanul Qosas, Direktur Sharia Consultant dan Executive Director Technopreneur Institute (Sumber Harian Indo Pos – Juni 2006)

Butuh Kejujuran, Selanjutnya Konsisten Bentuk Jaringan

Oleh : Achsanul Qosasi *)

Saya merupakan pedangan kecil yang bergerak dalam bidang jual beli barang kebutuhan rumah tangga berupa sabun cuci. Saya mengambil barang itu dari teman saya di Jawa dengan pembayaran tempo seminggu. Barang dikirim atau terkadang saya jemput. Produk tersebut banya diminati masyarakat kecil. Selain harganya murah, juga mutunya tidak kalah dengan produk terkenal. Tapi, saya mengalami kesulitan dalam menentukan harga yang selalu menggunakan sistem dengan menjual lebih tinggi dari pada harga beli. Saya yakin sistem saya ini kurang benar karena seringkali saya mengalami kerugian stelah biaya-biaya saya bebankan dan setelah ada penagihan ongkos kirim. Bagaimana caranya menghitung harga jual atau berapa jumlah minimal penjualan saya untuk menutup biaya agar saya tidak rugi? – Abdul Karim, Sawangan (Depok)

Pak Karim Yth, Bapak sudah berhak mendapat predikat entrepreneur karena sudah berhasil menjalankan program "Membangun Kompetensi Bisnis." Bapak telah mampu memanfaatkan calah yang ada di masyarakat kecil yaitu "daya beli." Saat ini, banyak masyarakat yang telah berpikir logis dengan membandingkan kemampuan dan pegeluaran. Mereka tidak lagi berkhayal memakai produk terkenal, apalagi yang bersifat coba-coba. Di sinilah sebenarnya realitas pasar yang masih potensial dalam situasi ekonomi seperti saat ini, yaitu memanfaatkan dan menyesuaikan dengan daya beli masyarakat.

Sebenarnya, menghitung harga jual bukan perkara pelik. Untuk menghitungnya, kejujuran dalam menghitu dan menentukan biaya serta konsistensi kita dibutuhkan untuk mulai belajar memisahkan antara biaya dagangan dan biaya rumah tangga. Kegagalan bukan hanya karena masalah pasar dan pemodalan yang selama ini diyakini banyak pihak. Namun, justru pada pola pikir, sikap dan pola tindak para pelaku usaha itu sendiri. Dalam Kasus itu, kelemahan bukan terletak pada pasar dan suplai barang, tetapi lebih terkonsentrasi pada pola perhitungan biaya dan pembagian arus kas yang masih lemah. Hal tersebut dialami oleh hampir semua Usaha Kecil Mikro (UKM) yang ada di Indonesia.

Pak Karim, dengan tempo pembayaran satu minggu, sebenarnya Bapak sudah diberikan modal uasha oleh principal di Jawa. Sekarang tinggal bagaimana mempercepat perputaran itu guna meraih untuk yang maksimal. Untuk menghitung harga jual usaha Bapak dan sejumlah pembaca yang mengalami kasus mirip dengan Pak Karim, ada baiknya untuk mencoba menjalankan beberapa langkah ini :
Pertama, tentukan biaya . Penentuan biaya itu membutuhkan kejujuran Bapak untuk mencantumkan semua komponen biaya yang terkait dengan produk dari Jawa hingga ke tempat (rumah/toko) Bapak di Depok. Misalnya, biaya kirim atau biaya transportasi pengambilan, biaya telepon dan biaya si penjaga toko. Kalau toko menyewa, masukkan biaya sewa setelah dibagi 12 bulan. Penetapan biaya itu maksimal 5 persen dari jumlah totoal pembelian. Jadi, kalau bapak belanja selama sebulan Rp 30 Juta, harus dialokasikan Rp 1,5 juta sebagai biaya.

Kedua, Bapak harus menetapkan siklus pembelian (1 minggu, 2 minggu, atau satu bulan). Siklus pemeblian tersebut menentukan besarnya biaya yang akan dibebankan. Biasanya untuk mempermudah, pengusaha menetapkan siklus pembelian dalam satu bulan.

Ketiga, setelah itu Bapak tentukan keuntungan yang ingin diperoleh (5 persen atau 10 persen). Kalau keuntungan yang diingikan 10 persen, total semua biaya di atas harus dibagi 5 persen. Dari hasil tersebut menunjukkan apakah rugi, impas, atau untuk. Kalau hasilnya sama dengan jumlah penjualan, berarti Bapak impas, jika hasilnya lebih kecil akan untuk dan jika lebih besar berarti rugi. Untuk menutup kerugian tersebut, penjualan harus didongkrak naik minimal sebesar hasil pembagian tersebut.

Dalam kasus itu, apabila penjualan hanya 30 juga per bulan, biaya Rp 1,5 juta dan margin 5 persen, Bapak akan mengalami impas. Sehingga, penjualan harus didongkrak naik ke angka Rp 40 juta atau Rp 50 juta untuk mencapai keuntungan atau margin dinaikkan menjadi 10 persen. Apabila hasil pembagi tersebut lebih kecil dari jumlah penjualan, itu akan menunjukkan keuntungan yang diraih, tinggal dibagi siklus/perputaran usaha itu sendiri. Selanjutnya hanya dibutuhkan efisiensi dan konsistensi untuk terus membentuk jaringan pasar dengan tetap menjalankan prinsip kepekaan terhadap pesaing dan pencatatan pembukuan untuk merekam perkembangan usaha. Selamat berkarya.
*) Achsanul Qosas, Direktur Sharia Consultant dan Executive Director Technopreneur Institute (Sumber Harian Indo Pos – Juni 2006)

Sepuluh Mitos Salah Mengenai Pengusaha

Oleh : Ir. Goenardjoadi G, MM *)

Untuk bisa menjadi pengusaha dibutuhkan modal yang besar. Seorang pengusaha berarti mencari uang, bukan mengeluarkan uang. Kita bisa menjadi penyalur baby sitter, sekretaris, operator telepon, atau satpam. Bisa juga menjadi guru taekwondo yang dimulai dari satu murid. Kalau muridnya berkembang, sewa ruangan 2 jam per minggu. Namun, jika muridnya 200 orang, bisa sewa ruko di belakang kantor.
Seorang pengusaha itu butuh keahlian tinggi. Kebanyakan orang menjadi pengusaha dari hal yang paling simple. Misalnya, Secure Parking hanya mencatat mobil masuk dan mobil keluar dikalikan Rp 2.000 per jam (lewat 1 menit bayar 1 jam).

Seorang pengusaha harus ulet. Guru les Mandarin di Apartemen Taman Anggrek mendidik anak-anak dilingkungan apartemen (8 tower) sekitar 2.500 keluarga, mampu membeli 2 unit aparteman dengan mencicil dari uang les murid-muridnya.

Seorang pengusaha dibutuhkan keberanian besar. Prabowo, dulunya Komandan Kopasus, Panglima Kostrad, membuat sekolah satpam, dan mendidik Satpam. Untuk bisa tersenyum kepada cutomer pun pasti membukakan pintu atau mengangguk "selamat pagi."

Seorang pengusaha harus anaknya pengusaha. Sebab harus ada yang mengajari. Itu dulu, sebelum adanya internet dan layanan short massage service (SMS). Sekarang, asal ada warnet, semua orang bisa mencari (search) di situs google atau lainnya.

Seorang pengusaha juga berisiko beasr. Bisa saja nanti income lebih rendah daripada gaji bulanan. Apa risikonya menjadi perusahaan outsource credit card agent? Mendidik satpam, mendidik sales promotion girl (SPG), mendidik calon reporter, guru les taekwondo, dan sebagainya. Satu orang murid membayar Rp 200.000 ribu per bulan, lima murid membayar Rp 1 juta per bulan, 20 murid membayar Rp 4 juta per bulan, dan 200 murid membayar Rp 40 juta per bulan.

Seorang pengusaha harus memiliki kecerdasan tinggi. Itu sudah tahu sendiri. Bagaimana jika menjadi pengusaha membutuhkan keahlian dan pengalaman. Justru itu pintu masuk yang salah. Sebab, menjadi pengusaha jangan bermula dari keahlian, karena itu bertentangan dengan hokum alam. Mulailah dari melihat kebutuhan masyarakat.

Seorang pengusaha istrinya cantik-cantik. Itu katang-kadang benar, tapi tidak semua demikian. Menjadi pengusaha itu serakah, rakus, dan jahat. Lho, itu pengusaha, apa perampok atau pedagang sabu-sabu? (Sumber Harian Indo Pos – Jum'at, 27 Januari 2006).

Sunday, July 30, 2006

Sudah Saatnya Rakyat Indonesia Menjadi Pengusaha

Oleh : Achsanul Qosasi *)

Di Indonesia, saat ini ada sekitar 40 juta usaha kecil dan usaha mikro (UKM), terutama yang berada di sektor informal. Sektor UKM itu mampu menampung sekitar 80 juta tenaga kerja atau sekitar 90 persen dari total angkatan kerja. Jika UKM tersebut dapat mengembangkan volume dan luas usahanya, angakatan kerja yang dapat ditampung diperkirakan akan lebih banyak.

Faktanya, sebagian besar UKM tidak berkembang, baik dari segi volume maupun perluasan usaha. Hal itu disebabkan bukan hanya masalah pasar, teknologi, dan permodalan yang selama ini diyakini banyak pihak, melainkan justru pada pola piker dan sikap dan pola tindak para pelaku UKM. Pelaku UKM bersama pemerintah dan dunia pendidikan mempengaruhi kegiatan dunia bisnis yang pada hakikatnya akan berpengaruh terhadap kemajuan perekonomian suatu wilayah.

Faktor yang menyebabkan UKM sering tidak bisa berkembang atau tetap kecil (stay small), berdasarkan pengamatan dan penelitian Inlead (2004) karena beberapa hal, antara lain :

  1. Tidak ada visi ke depan yang jelas.
  2. Kurang memiliki kecerdasan kreatif dan inovasi.
  3. Kurang adanya passion (tekun) terhadap bidang usahanya.
  4. Belum ada budaya kedisiplinan dalam usaha.
  5. Kurang memiliki kemampuan people skills yang diperlukan untuk mengelola SDM, pelanggan, maupun mitra usaha.
  6. Tidak memiliki tim yang kokoh.
  7. Tidak ada Akumulasi Aset.
  8. Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola fungsi manajemen bisnis.

Pengusaha sektor UKM diharapkan mampu mengenal dan mengembangkan kemampuan diri untuk mengembangkan kecerdasan entrepreneur melalui transformasi sikap, pola piker, dan perilaku menjadi wirausaha mandiri dan tangguh, menumbuhkan perilaku inovatif, serta mampu mengidentifikasi dan mengkaji berbagai peluang pengembangan usaha. Termasuk memahami, menguasai kiat keterampilan berbisnis, dan manajemen sebagai bekal dalam menyelenggarakan usahanya.

Sebenarnya, hal di atas merupakan kewajiban pemerintah dalam mendidik rakyat karena pendidikan adalah hak rakyat. Selain itu, pemeritahn juga harus mendukung serta membantu sarana dan prasarana usaha melalui peraturan-peraturan, bahkan proteksi (kalau perlu) untuk menjamin pengembangan UKM agar tetap menjadi milik rakyat. Saat ini, sektor UKM telah tergerus oleh kaum kapitalis sehingga rakyat Indonesia hanya menjadi pekerja bukan pengusaha.

Saat ini, kalau kita msuk ke hypermarket, sudah banyak ditemukan produk UKM yang telah dibungkus oleh logo hypermarket sehingga seolah-olah hypermarket tersebut yang memproduksi. Padahal, produksi itu dilakukan oleh rakyat kecil (UKM) Indonesia. Ironisnya lagi, justru telah merambah pada produk sembako, di mana sejak dahulu produk tersebut menjadi andalan UKM di Indonesia.

Sebenarnya, apabila pemerintah peduli, mengembangkan UKM bukanlah hal yang sulit. Pemerintah Orde Baru pernah memberikan proteksi yang berjalan efektif terhadap UKM. Sejumlah koperasi muncul dengan andalan berbagai jenis produk mulai dari kerajinan, distribusi, hingga simpan-pinjam. Harus diakui bahwa masyarakat UKM belum siap untuk bersaing dengan dengan para pengusaha asing yang datang ke Indonesia dengan modal yang kuat. Bahkan, apabila UKM menjadi pemasok, pembayaran dilakukan setelah 45 hari. Hal itu menjadi suatu bukti bahwa secara tidak langsung UKM telah membiayai pengusaha besar (hypermarket).

Saya sering bermimpi, suatu saat nanti UKM di Indonesia bersatu dan membuat suatu wadah untuk menjawab tantangan kapitalisme. Hal itu hanya bisa dilakukan apabila semangat nasionalisme sudah tertanam secara mendalam pada pengusaha Indonesia.

Misalnya, Korea Selatan. Pada 2006, Wallmart terpaksa menutup usahanya di bumi Korea Selatan (setelah 6 tahun) karena masyarakat Korea lebih memilih membeli di supermarket yang dimiliki pengusaha lokal (konsorsium UKM). Semoga, anak cucu kita nanti masih tetap hapal lagu Indonesia Raya.
*) Achsanul Qosasi, Direktur Sharia Consultant dan Executive Director Technopreneur Institute (Sumber Harian Indo Pos – Rabu,, 26 Juli 2006).